BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Runtuhnya
kebudayaan Abad pertengahan di susul oleh periode pertentangan pemisahan dan
perubahan-perubahan mendalam dalam bidang politik, ekonomi dan agama. Periode
Renaissance, Reformasi dan Rasionalisasi merupakan peralihan ke arah dan juga
permulaan zaman modern. Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil
menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan,
sehingga corak pemikirannya: antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya mendasarkan
pada akal piker dan pengalaman.
Di
atas telah di kemukakan bahwa munculnya Renaissance dan Humanisme sebagai awal
masa abad modern. Di mana para ahli (filosof) menjadi pelopor perkembangan
filsafat adalah para pemuka agama. Dan pemikiran filsafat masa modern ini
berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode induksi secara modern, serta
membuka sistematika yang sifatnya logis-ilmiah. Pemikiran filsafat diupayakan
lebih bersifat praktis, artinya pemikiran filsafat diarahkan pada upaya manusia
agar dapat menguasai lingkungan alam dengan menggunakan berbagai penemuan
ilmiah.
Dan
ketiga aliran di ataslah yang memberikan wajah baru pada kebudayaan Eropa
Barat, yang lain dari kebudayaan Abad Pertengahan. Perubahan ini merupakan
proses selama beberapa abad dan sangat lambat,sehingga para ahli sejarah masih
belum sependapat, dimana akan menempatkan batas antara berbagai periode itu.
Dalam abad XIX pemisahan antara Abad Pertengahan dan Zaman Baru masih sangat jelas dan tajam. Renaissance, Reformasi, jatuhnya Konstatinopel, penemuan-penemuan geografis, penemuan seni cetak buku semua terjadi dalam pertengahan abad XV dan dasawarsa pertama abad XVI. Tetapi dengan dilontarkannya masalah pengertian “Renaissance” oleh sementara orang untuk dikembalikan jauh ke masa Abad Pertengahan, bahkan sampai masa Karel Agung dan lebih awal lagi, maka masalah batas-batas orang yang tidak senang membicarakan Abad Pertengahan dan Zaman Modern, tetapi lebih senang berbicara tentang Kebudayaan Abad Pertengahan dan Kebudayaan Modern, yang dalam makalah ini akan nampak jelas perbedaan dan selisih-selisihnya.
Dalam abad XIX pemisahan antara Abad Pertengahan dan Zaman Baru masih sangat jelas dan tajam. Renaissance, Reformasi, jatuhnya Konstatinopel, penemuan-penemuan geografis, penemuan seni cetak buku semua terjadi dalam pertengahan abad XV dan dasawarsa pertama abad XVI. Tetapi dengan dilontarkannya masalah pengertian “Renaissance” oleh sementara orang untuk dikembalikan jauh ke masa Abad Pertengahan, bahkan sampai masa Karel Agung dan lebih awal lagi, maka masalah batas-batas orang yang tidak senang membicarakan Abad Pertengahan dan Zaman Modern, tetapi lebih senang berbicara tentang Kebudayaan Abad Pertengahan dan Kebudayaan Modern, yang dalam makalah ini akan nampak jelas perbedaan dan selisih-selisihnya.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas timbul permasalahan yang perlu dibahas dalam
makalah ini, sebagaimana berikut :
1.
Apa
yang dimaksud dengan Filsafat Modern Renainsans ?
2.
Apa
yang dimaksud dengan Filsafat Modern Aufklarung ?
BAB II
PEMBAHASAN
1. Filsafat
Modern Renainsans
Renaissance
adalah istilah dari bahasa Prancis. Dalam bahasa Lain, re + nasci berarti lahir
kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk
berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa, dan
lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Istilah ini
mula-mula digunakan oleh seorang sejarawan terkenal, Michelet, dan dikembangkan
oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode
yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan
manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan
(Runes:270). Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat renaissance
(Runes:271).
Selama
abad ke-14 dan ke-15 di Italia muncul keinginan yang kuat akan
penemuan-penemuan baru dalam seni dan sastra. Mereka telah melihat pada periode
pertama bahwa kemajuan itu telah terjadi. Ketika itu dunia Barat telah biasa
membagi tahapan sejarah pemikiran menjadi tiga periode,yaitu ancient, medieval,
dan modern. Pada Zaman Ancient atau Zaman Kuno itu melihat kemajuan kemanusiaan
telah terjadi. Kondisi itulah yang hendak dihidupkan.
Zaman
Renaissance rupanya dianggap juga sebagai suatu babak penting dalam sejarah
peradaban. Voltaire, orang yang membagi sejarah peradaban, menganggap
Renaissance merupakan babak ketiga dari keempat babak itu. Pada abad ke 19,
Renaissance terutama dipandang sebagai masa yang penting dalam seni dan sastra.
Menurut jules Michelet, sejarahwan prancis terkenal yang telah disebut di atas,
Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia. Dialah yang mula-mula
menyatakan bahwa Renaissance lebih dari sekedar kebangkitan peradaban yang
merupakan permulaan kebangkitan dunia modern.
Sejarawan ini diikuti oleh Jakob Burckhard yang
menginterprestasikan Renaissance sebagai periode sejak Dante sampai
Michelangelo di Italia, yang merupakan kelahiran spirit modern dalam
transformasi idea dan lembaga-lembaga.[1] Secara
historis Renaisance adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman ketika orang
merasa telah dilahirkan kembali dalam keadaban. Zaman ini merupakan era
kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Manusia pada
zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran bebas, seperti pada zaman
Yunani Kuno.
bahwa
renaissance ialah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau
sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Perkembangan itu terutama
sekali dalam bidang seni lukis dan sastra. Akan tetapi, di antara perkembangan
itu terjadi juga perkembangan dalam bidang filsafat. Renaissance telah
menyebabkan manusia mengenali kembali dirinya, menemukan dunianya. Akibat dari
sini ialah muncul penelitian-penelitian empiris yang lebih giat.
Menurut Slamet Iman Santosa (1977:65) perkembangan ilmu pengetahuan
pada zaman Renaissance mempunyai tiga sumber, yaitu: (1) adanya hubungan dengan
kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan negara-nagara Perancis. (2) Perang
Salib (1100-1300) yang terulang sebanyak enam kali. (3) jatuhnya Istanbul ke
tangan bangsa Turki (1453).
Kabangkitan ilmu pengetahuan pada zaman Renaisance ditandai dengan
timbulnya pemikiran dari tokoh-tokoh terkenal seperti: Nicolas Copernicus,
Tycho Brahe, Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan Francis Bacon.
Disamping perkembangan di bidang ilmu pengetahuan alam, pada zaman
Renaisance juga terdapat perkembangan di bidang ilmu negara, sekalipun
puncaknya baru terdapat pada awal abad ke-17, yaitu dari Hugo de Groot
(1583-1645) dengan gagasannya tentang hukum internasional. Orang yang merintis
suatu perkembangan besar pada abad ke-17 adalah Francis Bacon (1561-1626). Ia
dapat dipandang sebagai orang yang meletakkan dasar-dasar bagi metode induksi
yang modern, dan menjadi pelopor dalam usaha mensistemalisasi secara logis
prosedur ilmiah.
Berkembangnya penelitian empiris merupakan salah satu ciri
Renaisance. Oleh karena itu, ciri selanjutnya adalah munculnya sains. Di dalam
bidang-bidang filsafat, zaman Rennaisance tidak menghasilkan karya penting bila
dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Perkembangan sains ini di pacu lebih
cepat setelah Descartes berhasil mengumumkan rasionalismenya. Sejak itu, dan
juga telah di mulai sebelumnya, yaitu sejak permulaan Renaisance, sebenarnya
individualisme dan humanism telah di canangkan. Descartes memperkuat idea-idea
ini. Humanisme dan individualisme merupakan ciri Renaisance yang penting.
Humanisme adalah pandangan yang tidak menenangkan orang-orang yang beragama.
Jadi,
ciri utama Renaissance ialah humanism, individualism,lepas dari agama (tidak
mau diatur oleh agama), empirisme, dan rasionalisme.hasil yang diperoleh dari
watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang. Filsafat berkembang bukan pada
Zaman Renaissance itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (Zaman Modern).
Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisme itu. Agama (Kristen)
semakin ditinggalkan, ini karena semangat humanism itu. Ini kelihatan dengan
jelas kelak pada Zaman Modern. Rupanya setiap gerakan pemikiran mempunyai
kecenderungan menghasilkan yang positif, tetapi sekaligus yang negatif. Apa
tidak mungkin gerakan pemikiran itu hanya menimbulkan yang positif saja?
Mungkin. Contohnya gerakan Muhammad yang mengajarkan Islam; gerakan Kant juga.
Jadi,
Zaman Modern filsafat didahului oleh Zaman Renaissance. Sebenarnya secara
esensial Zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari Zaman
Modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama
filsafat modern adalah Descartes. Pada filsafatnya kita menemukan ciri-ciri
Renaissance tersebut. Ciri itu antara lain ialah menghidupkan kembali
rasionalisme Yunani (Renaissance), individualisme, humanisme, lepas dari
pengaruh agama dan lain-lain. Sekalipun demikian, para ahli lebih senang
menyebut Descartes sebagai tokoh rasionalisme. Penggelaran yang tidak salah,
tetapi bukanlah hanya Descartes yang dapat dianggap sebagai tokoh rasionalisme.
Rasionalis pertama dan serius pada Zaman Modern memang Descartes.
2. Filsafat
Modern Aufklarung
Aufklarung adalah kata Jerman yang
berpadanan dengan kata Inggris enlightenment yang berarti pencerahan,
penerangan.[2]
Kata ini menunjukan emansipasi manusia kungkungan wibawa, purbasangka, adat dan
tradisi semata-mata; disebabkan oleh desakan dari manusia sendiri untuk
berpikir lebih bebas tentang masalah kehidupannya sendiri. Penggunaan kata
pencerahan Barat didasarkan pada kemiripan dengan Aufklarung, alasan
penggunaannya sendiri untuk mendapatkan wawasan tentang hakikat dunia kita.
Sebagai soal fakta ada lebih kemiripan dengan
Romantisisme dibandingkan dengan Pencerahan: penekanan pada perasaan, wawasan
intuitif, pada esensi sejati di luar dunia penampilan. Kant mengartikan
Aufklarung sebagai pembebasan manusia dari keadaan bersifat minoritas dan
membuat dirinya mampu menggunakan pemahaman sendiri tanpa pengarahan dari luar.
Keadaan minoritas itu disebabkan sumbernya bukan terletak pada kekurang
pahamannya, melainkan pada kurang terarahnya serta kurang berani untuk
mengunakan pemahaman tanpa bantuan orang lain.
Dalam persepektif historisnya, Aufklarung berhubungan
dengan situasi budaya dan sumbangan-sumbangan dari abad ke-18 terutama di
Jerman, Prancis, inggris, dan Amerika. Aufklarung mewujudkan
cita-cita Renaissance dan dipercepat perkembangannya oleh empirisme dan
skeptisisme modern serta oleh penemuan-penemuan ilmiah abad ke-17.
Dalam zaman ini juga banyak muncul tokoh-tokoh filsuf, seperti di
Inggris : J. Locke (1632-1704), G.Berkeley (1684-1753) dan D. Hume (1711-1776),
di Prancis: JJ. Russeau (1712-1778). Umumnya tokoh-tokoh ini mendasarkan
pengetahuannya pada pengalaman nyata, sehingga mengarah kepada realisme yang
naïf, yang mengakui kebenaran objektif atas dasar pengalaman yang tanpa
penelitian lebih lanjut. Tetapi kenyataan ini berubah ketika filsuf Jerman,
Immanuel Kant (1724-1804), muncul yang mencoba menciptakan suatu sintesis dari
rasionalisme dan empirisme, sehingga ia dianggap sebagai filsuf terpenting
zaman modern.
Keberagaman pemikiran yang berkembang melahirkan berbagai pemahaman
dan kepercayaan, masing-masing mulai membentuknya menjadi semacam paradigma
yang diakui dan diterima oleh sebuah kelompok. Paradigma yang diakui inilah
kemudian muncul dan menjadi semacam sekte atau aliran-aliran dalam perkembangan
filsafat Barat, seperti yang akan diuraikan berikut ini.
a.
Rasionalisme
Dua aliran besar pada zaman aufklarung yang menjadi titik tolak
munculnya berbagai macam aliran lain dalam perkembangan pemikiran filsafat
selanjutnya. Dua aliran yang di maksud adalah rasionalisme dan empirisme. Dua
aliran tersebut memperlihatkan kontradiksi yang sangat menyolok.
Secara umum, Rasionalisme merupakan pendekatan filosofis yang
menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau
dan bebas dari pengamatan indrawi. Hanya pengetahuan yang di peroleh melalui
akal yang memenuhi syarat yang di tuntut oleh sifat umum, juga oleh semua
pengetahuan ilmiah.
Hampir semua ahli pikir yang muncul pada zaman ini merupakan ahli
matematika, seperti Descrates, Spinoza dan Leibniz. Mereka mencoba menyusun
suatu sistem filsafat dengan manusia yang sedang berfikir. Akal budi (rasio)
menurut pendapat mereka merupakan alat terpenting bagi manusia untuk mengerti
dunianya dan mengatur hidupnya, namun demikian, tidaklah berarti gagasan baru
yang diperkenalkan renaissance berjalan mulus tanpa rintangan. Rasionalisme
mendapat tanggapan dari tokoh lain yang mencoba memperlihatkan unsur rasa (hati)
benih penting di bandingkan rasio.
b.
Empirisme
Doktrin empirisme adalah lawan dari rasonalisme yang menganggap
bahwa sumber seluruh pengetahuan harus di cari dalam pengalaman.Tokoh empirisme
pada umumnya memberikan tekanan lebih besar pada pengalaman di bandingkan
dengan filsuf-filsuf lain. Pengalaman indrawi menurut mereka adalah
satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal (rasio). Akal budi sendiri tidak
dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang realitas tanpa acuan
pengalaman indrawi dan panca indra kita. Informasi yang di peroleh indera
merupakan fundamen semua ilmu pengetahuan, sedang akal budi (rasio) mendapat
tugas untuk mengolah bahan-bahan yang di peroleh dari pengalaman, metode yang
di terapkan adalah metode induksi.
Aliran empirisme mengakui langkah yang telah ditanamkan Francis
Bacon (1561-1626), yang memberi tekanan kepada pengalaman sebagai sumber
pengenalan. Warisan ini diterima dan dikembangkan oleh tokoh-tokoh terkemuka
empirisme, seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan D.Hume
(1711-1776).
Sasaran filsafat menurut Thomas Hobbes adalah fakta-fakta yang
diamati, tujuannya mencari sebab-sebab, sedangkan alatnya adalah
pengertian-pengertian yang diungkapkan dalam kata-kata yang menggambarkan
fakta-fakta itu. Dapat dipahami bahwa tidak semua yang diamati pada benda-benda
itu bersifat nyata, yang benar-benar nyata adalah gerak, sedang yang lainnya
hanya nyata ada dalam perasaan si pengamat saja. Segala yang ditentukan oleh
hukum kausalitas (sebab-akibat), termasuk di dalamnya kesadaran kita.
Tokoh lain adalah D. Hume (1711-1776), seorang empiris yang
konsisten. Dalam karya terbesarnya, Hume memperkenalkan metode eksperimental
sebagai dasar menuju subjek-subjek moral dengan mengupas panjang lebar mengena
emosi manusia dan prinsip-prinsip moral. D. Hume termasuk filsuf abad 18 yang
dikenal dengan Zaman Fajar Budi (aufklarung).
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Zaman Renaissance rupanya dianggap juga sebagai suatu babak penting
dalam sejarah peradaban. Voltaire, orang yang membagi sejarah peradaban,
menganggap Renaissance merupakan babak ketiga dari keempat babak itu. Pada abad
ke 19, Renaissance terutama dipandang sebagai masa yang penting dalam seni dan
sastra. Zaman Modern filsafat didahului oleh Zaman Renaissance . Sebenarnya
secara esensial Zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari Zaman
Modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. ciri utama
Renaissance ialah humanism, individualism,lepas dari agama (tidak mau diatur
oleh agama), empirisme, dan rasionalisme.hasil yang diperoleh dari watak itu
ialah pengetahuan rasional berkembang. Tokoh pertama filsafat modern adalah
Descartes.
Zaman Aufklarung ini dikenal dengan “zaman pencerahan” atau “zaman
fajar budi”. Aufklarung merupakan kelanjutan dari renaissance, kalau
renaissance dipandang sebagai peremajaan pikiran, maka aufklarung menjadi masa
pendewasaannya.
Daftar Pustaka
Encyclopedia
Amarican, 23:368
Hassan Sadily dkk. Ensiklopedi
Indonesia. Jilid ke-1 (Ichtiar Baru-Van Hoeve. 1982)
Sumber : http://kependidikanislam2010.blogspot.co.id/2011/06/filsafat-modern renaissance-dan.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Aufklarung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar