Kamis, 15 Desember 2016

Filsafat modern : Renainsans Dan Aufklarung



BAB I
                                                PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Runtuhnya kebudayaan Abad pertengahan di susul oleh periode pertentangan pemisahan dan perubahan-perubahan mendalam dalam bidang politik, ekonomi dan agama. Periode Renaissance, Reformasi dan Rasionalisasi merupakan peralihan ke arah dan juga permulaan zaman modern. Pada masa abad modern ini pemikiran filsafat berhasil menempatkan manusia pada tempat yang sentral dalam pandangan kehidupan, sehingga corak pemikirannya: antroposentris, yaitu pemikiran filsafatnya mendasarkan pada akal piker dan pengalaman.
Di atas telah di kemukakan bahwa munculnya Renaissance dan Humanisme sebagai awal masa abad modern. Di mana para ahli (filosof) menjadi pelopor perkembangan filsafat adalah para pemuka agama. Dan pemikiran filsafat masa modern ini berusaha meletakkan dasar-dasar bagi metode induksi secara modern, serta membuka sistematika yang sifatnya logis-ilmiah. Pemikiran filsafat diupayakan lebih bersifat praktis, artinya pemikiran filsafat diarahkan pada upaya manusia agar dapat menguasai lingkungan alam dengan menggunakan berbagai penemuan ilmiah.
Dan ketiga aliran di ataslah yang memberikan wajah baru pada kebudayaan Eropa Barat, yang lain dari kebudayaan Abad Pertengahan. Perubahan ini merupakan proses selama beberapa abad dan sangat lambat,sehingga para ahli sejarah masih belum sependapat, dimana akan menempatkan batas antara berbagai periode itu.
Dalam abad XIX pemisahan antara Abad Pertengahan dan Zaman Baru masih sangat jelas dan tajam. Renaissance, Reformasi, jatuhnya Konstatinopel, penemuan-penemuan geografis, penemuan seni cetak buku semua terjadi dalam pertengahan abad XV dan dasawarsa pertama abad XVI. Tetapi dengan dilontarkannya masalah pengertian “Renaissance” oleh sementara orang untuk dikembalikan jauh ke masa Abad Pertengahan, bahkan sampai masa Karel Agung dan lebih awal lagi, maka masalah batas-batas orang yang tidak senang membicarakan Abad Pertengahan dan Zaman Modern, tetapi lebih senang berbicara tentang Kebudayaan Abad Pertengahan dan Kebudayaan Modern, yang dalam makalah ini akan nampak jelas perbedaan dan selisih-selisihnya.

B.     Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas timbul permasalahan yang perlu dibahas dalam makalah ini, sebagaimana berikut :
1.      Apa yang dimaksud dengan Filsafat Modern Renainsans ?
2.      Apa yang dimaksud dengan Filsafat Modern Aufklarung ?



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Filsafat Modern Renainsans
Renaissance adalah istilah dari bahasa Prancis. Dalam bahasa Lain, re + nasci berarti lahir kembali (rebirth). Istilah ini biasanya digunakan oleh sejarawan untuk menunjuk berbagai periode kebangkitan intelektual, khususnya yang terjadi di Eropa, dan lebih khusus lagi di Italia, sepanjang abad ke-15 dan ke-16. Istilah ini mula-mula digunakan oleh seorang sejarawan terkenal, Michelet, dan dikembangkan oleh J. Burckhardt (1860) untuk konsep sejarah yang menunjuk kepada periode yang bersifat individualisme, kebangkitan kebudayaan antik, penemuan dunia dan manusia, sebagai periode yang dilawankan dengan periode Abad Pertengahan (Runes:270). Karya filsafat pada abad ini sering disebut filsafat renaissance (Runes:271).
Selama abad ke-14 dan ke-15 di Italia muncul keinginan yang kuat akan penemuan-penemuan baru dalam seni dan sastra. Mereka telah melihat pada periode pertama bahwa kemajuan itu telah terjadi. Ketika itu dunia Barat telah biasa membagi tahapan sejarah pemikiran menjadi tiga periode,yaitu ancient, medieval, dan modern. Pada Zaman Ancient atau Zaman Kuno itu melihat kemajuan kemanusiaan telah terjadi. Kondisi itulah yang hendak dihidupkan.
Zaman Renaissance rupanya dianggap juga sebagai suatu babak penting dalam sejarah peradaban. Voltaire, orang yang membagi sejarah peradaban, menganggap Renaissance merupakan babak ketiga dari keempat babak itu. Pada abad ke 19, Renaissance terutama dipandang sebagai masa yang penting dalam seni dan sastra. Menurut jules Michelet, sejarahwan prancis terkenal yang telah disebut di atas, Renaissance ialah periode penemuan manusia dan dunia. Dialah yang mula-mula menyatakan bahwa Renaissance lebih dari sekedar kebangkitan peradaban yang merupakan permulaan kebangkitan dunia modern.
Sejarawan ini diikuti oleh Jakob Burckhard yang menginterprestasikan Renaissance sebagai periode sejak Dante sampai Michelangelo di Italia, yang merupakan kelahiran spirit modern dalam transformasi idea dan lembaga-lembaga.[1] Secara historis Renaisance adalah suatu gerakan yang meliputi suatu zaman ketika orang merasa telah dilahirkan kembali dalam keadaban. Zaman ini merupakan era kebangkitan kembali pemikiran yang bebas dari dogma-dogma agama. Manusia pada zaman ini adalah manusia yang merindukan pemikiran bebas, seperti pada zaman Yunani Kuno.
bahwa renaissance ialah periode perkembangan peradaban yang terletak di ujung atau sesudah abad kegelapan sampai muncul abad modern. Perkembangan itu terutama sekali dalam bidang seni lukis dan sastra. Akan tetapi, di antara perkembangan itu terjadi juga perkembangan dalam bidang filsafat. Renaissance telah menyebabkan manusia mengenali kembali dirinya, menemukan dunianya. Akibat dari sini ialah muncul penelitian-penelitian empiris yang lebih giat.
Menurut Slamet Iman Santosa (1977:65) perkembangan ilmu pengetahuan pada zaman Renaissance mempunyai tiga sumber, yaitu: (1) adanya hubungan dengan kerajaan Islam di Semenanjung Iberia dengan negara-nagara Perancis. (2) Perang Salib (1100-1300) yang terulang sebanyak enam kali. (3) jatuhnya Istanbul ke tangan bangsa Turki (1453).
Kabangkitan ilmu pengetahuan pada zaman Renaisance ditandai dengan timbulnya pemikiran dari tokoh-tokoh terkenal seperti: Nicolas Copernicus, Tycho Brahe, Johannes Kepler, Galileo Galilei, dan Francis Bacon.
Disamping perkembangan di bidang ilmu pengetahuan alam, pada zaman Renaisance juga terdapat perkembangan di bidang ilmu negara, sekalipun puncaknya baru terdapat pada awal abad ke-17, yaitu dari Hugo de Groot (1583-1645) dengan gagasannya tentang hukum internasional. Orang yang merintis suatu perkembangan besar pada abad ke-17 adalah Francis Bacon (1561-1626). Ia dapat dipandang sebagai orang yang meletakkan dasar-dasar bagi metode induksi yang modern, dan menjadi pelopor dalam usaha mensistemalisasi secara logis prosedur ilmiah.
Berkembangnya penelitian empiris merupakan salah satu ciri Renaisance. Oleh karena itu, ciri selanjutnya adalah munculnya sains. Di dalam bidang-bidang filsafat, zaman Rennaisance tidak menghasilkan karya penting bila dibandingkan dengan bidang seni dan sains. Perkembangan sains ini di pacu lebih cepat setelah Descartes berhasil mengumumkan rasionalismenya. Sejak itu, dan juga telah di mulai sebelumnya, yaitu sejak permulaan Renaisance, sebenarnya individualisme dan humanism telah di canangkan. Descartes memperkuat idea-idea ini. Humanisme dan individualisme merupakan ciri Renaisance yang penting. Humanisme adalah pandangan yang tidak menenangkan orang-orang yang beragama.
Jadi, ciri utama Renaissance ialah humanism, individualism,lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisme, dan rasionalisme.hasil yang diperoleh dari watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang. Filsafat berkembang bukan pada Zaman Renaissance itu, melainkan kelak pada zaman sesudahnya (Zaman Modern). Sains berkembang karena semangat dan hasil empirisme itu. Agama (Kristen) semakin ditinggalkan, ini karena semangat humanism itu. Ini kelihatan dengan jelas kelak pada Zaman Modern. Rupanya setiap gerakan pemikiran mempunyai kecenderungan menghasilkan yang positif, tetapi sekaligus yang negatif. Apa tidak mungkin gerakan pemikiran itu hanya menimbulkan yang positif saja? Mungkin. Contohnya gerakan Muhammad yang mengajarkan Islam; gerakan Kant juga.
Jadi, Zaman Modern filsafat didahului oleh Zaman Renaissance. Sebenarnya secara esensial Zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari Zaman Modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes. Pada filsafatnya kita menemukan ciri-ciri Renaissance tersebut. Ciri itu antara lain ialah menghidupkan kembali rasionalisme Yunani (Renaissance), individualisme, humanisme, lepas dari pengaruh agama dan lain-lain. Sekalipun demikian, para ahli lebih senang menyebut Descartes sebagai tokoh rasionalisme. Penggelaran yang tidak salah, tetapi bukanlah hanya Descartes yang dapat dianggap sebagai tokoh rasionalisme. Rasionalis pertama dan serius pada Zaman Modern memang Descartes.

2.      Filsafat Modern Aufklarung
Aufklarung adalah kata Jerman yang berpadanan dengan kata Inggris enlightenment yang berarti pencerahan, penerangan.[2] Kata ini menunjukan emansipasi manusia kungkungan wibawa, purbasangka, adat dan tradisi semata-mata; disebabkan oleh desakan dari manusia sendiri untuk berpikir lebih bebas tentang masalah kehidupannya sendiri. Penggunaan kata pencerahan Barat didasarkan pada kemiripan dengan Aufklarung, alasan penggunaannya sendiri untuk mendapatkan wawasan tentang hakikat dunia kita.
Sebagai soal fakta ada lebih kemiripan dengan Romantisisme dibandingkan dengan Pencerahan: penekanan pada perasaan, wawasan intuitif, pada esensi sejati di luar dunia penampilan. Kant mengartikan Aufklarung sebagai pembebasan manusia dari keadaan bersifat minoritas dan membuat dirinya mampu menggunakan pemahaman sendiri tanpa pengarahan dari luar. Keadaan minoritas itu disebabkan sumbernya bukan terletak pada kekurang pahamannya, melainkan pada kurang terarahnya serta kurang berani untuk mengunakan pemahaman tanpa bantuan orang lain.
Dalam persepektif historisnya, Aufklarung berhubungan dengan situasi budaya dan sumbangan-sumbangan dari abad ke-18 terutama di Jerman, Prancis, inggris, dan Amerika. Aufklarung mewujudkan cita-cita Renaissance dan dipercepat perkembangannya oleh empirisme dan skeptisisme modern serta oleh penemuan-penemuan ilmiah abad ke-17.
Dalam zaman ini juga banyak muncul tokoh-tokoh filsuf, seperti di Inggris : J. Locke (1632-1704), G.Berkeley (1684-1753) dan D. Hume (1711-1776), di Prancis: JJ. Russeau (1712-1778). Umumnya tokoh-tokoh ini mendasarkan pengetahuannya pada pengalaman nyata, sehingga mengarah kepada realisme yang naïf, yang mengakui kebenaran objektif atas dasar pengalaman yang tanpa penelitian lebih lanjut. Tetapi kenyataan ini berubah ketika filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724-1804), muncul yang mencoba menciptakan suatu sintesis dari rasionalisme dan empirisme, sehingga ia dianggap sebagai filsuf terpenting zaman modern.
Keberagaman pemikiran yang berkembang melahirkan berbagai pemahaman dan kepercayaan, masing-masing mulai membentuknya menjadi semacam paradigma yang diakui dan diterima oleh sebuah kelompok. Paradigma yang diakui inilah kemudian muncul dan menjadi semacam sekte atau aliran-aliran dalam perkembangan filsafat Barat, seperti yang akan diuraikan berikut ini.
a.  Rasionalisme
Dua aliran besar pada zaman aufklarung yang menjadi titik tolak munculnya berbagai macam aliran lain dalam perkembangan pemikiran filsafat selanjutnya. Dua aliran yang di maksud adalah rasionalisme dan empirisme. Dua aliran tersebut memperlihatkan kontradiksi yang sangat menyolok.
Secara umum, Rasionalisme merupakan pendekatan filosofis yang menekankan akal budi (rasio) sebagai sumber utama pengetahuan, mendahului atau dan bebas dari pengamatan indrawi. Hanya pengetahuan yang di peroleh melalui akal yang memenuhi syarat yang di tuntut oleh sifat umum, juga oleh semua pengetahuan ilmiah.
Hampir semua ahli pikir yang muncul pada zaman ini merupakan ahli matematika, seperti Descrates, Spinoza dan Leibniz. Mereka mencoba menyusun suatu sistem filsafat dengan manusia yang sedang berfikir. Akal budi (rasio) menurut pendapat mereka merupakan alat terpenting bagi manusia untuk mengerti dunianya dan mengatur hidupnya, namun demikian, tidaklah berarti gagasan baru yang diperkenalkan renaissance berjalan mulus tanpa rintangan. Rasionalisme mendapat tanggapan dari tokoh lain yang mencoba memperlihatkan unsur rasa (hati) benih penting di bandingkan rasio.
b.    Empirisme
Doktrin empirisme adalah lawan dari rasonalisme yang menganggap bahwa sumber seluruh pengetahuan harus di cari dalam pengalaman.Tokoh empirisme pada umumnya memberikan tekanan lebih besar pada pengalaman di bandingkan dengan filsuf-filsuf lain. Pengalaman indrawi menurut mereka adalah satu-satunya sumber pengetahuan, bukan akal (rasio). Akal budi sendiri tidak dapat memberikan pengetahuan kepada kita tentang realitas tanpa acuan pengalaman indrawi dan panca indra kita. Informasi yang di peroleh indera merupakan fundamen semua ilmu pengetahuan, sedang akal budi (rasio) mendapat tugas untuk mengolah bahan-bahan yang di peroleh dari pengalaman, metode yang di terapkan adalah metode induksi.
Aliran empirisme mengakui langkah yang telah ditanamkan Francis Bacon (1561-1626), yang memberi tekanan kepada pengalaman sebagai sumber pengenalan. Warisan ini diterima dan dikembangkan oleh tokoh-tokoh terkemuka empirisme, seperti Thomas Hobbes (1588-1679), John Locke (1632-1704) dan D.Hume (1711-1776).
Sasaran filsafat menurut Thomas Hobbes adalah fakta-fakta yang diamati, tujuannya mencari sebab-sebab, sedangkan alatnya adalah pengertian-pengertian yang diungkapkan dalam kata-kata yang menggambarkan fakta-fakta itu. Dapat dipahami bahwa tidak semua yang diamati pada benda-benda itu bersifat nyata, yang benar-benar nyata adalah gerak, sedang yang lainnya hanya nyata ada dalam perasaan si pengamat saja. Segala yang ditentukan oleh hukum kausalitas (sebab-akibat), termasuk di dalamnya kesadaran kita.
Tokoh lain adalah D. Hume (1711-1776), seorang empiris yang konsisten. Dalam karya terbesarnya, Hume memperkenalkan metode eksperimental sebagai dasar menuju subjek-subjek moral dengan mengupas panjang lebar mengena emosi manusia dan prinsip-prinsip moral. D. Hume termasuk filsuf abad 18 yang dikenal dengan Zaman Fajar Budi (aufklarung).























BAB III
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Zaman Renaissance rupanya dianggap juga sebagai suatu babak penting dalam sejarah peradaban. Voltaire, orang yang membagi sejarah peradaban, menganggap Renaissance merupakan babak ketiga dari keempat babak itu. Pada abad ke 19, Renaissance terutama dipandang sebagai masa yang penting dalam seni dan sastra. Zaman Modern filsafat didahului oleh Zaman Renaissance . Sebenarnya secara esensial Zaman Renaissance itu, dalam filsafat, tidak berbeda dari Zaman Modern. Ciri-ciri filsafat Renaissance ada pada filsafat modern. ciri utama Renaissance ialah humanism, individualism,lepas dari agama (tidak mau diatur oleh agama), empirisme, dan rasionalisme.hasil yang diperoleh dari watak itu ialah pengetahuan rasional berkembang. Tokoh pertama filsafat modern adalah Descartes.
Zaman Aufklarung ini dikenal dengan “zaman pencerahan” atau “zaman fajar budi”. Aufklarung merupakan kelanjutan dari renaissance, kalau renaissance dipandang sebagai peremajaan pikiran, maka aufklarung menjadi masa pendewasaannya.















Daftar Pustaka
          Encyclopedia Amarican, 23:368
Hassan Sadily dkk. Ensiklopedi Indonesia. Jilid ke-1 (Ichtiar Baru-Van Hoeve. 1982)

Sumber : http://kependidikanislam2010.blogspot.co.id/2011/06/filsafat-modern  renaissance-dan.html
    https://id.wikipedia.org/wiki/Aufklarung
           


[1] Encyclopedia Amarican, 23:368
[2] Hassan Sadily dkk. Ensiklopedi Indonesia. Jilid ke-1 (Ichtiar Baru-Van Hoeve. 1982)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Jual Beli Valuta (Mata Uang/Forex) Dalam Islam

 Valuta adalah suatu jenis perdagangan atau transaksi yang memperdagangkan mata uang suatu negara terhadap mata uang negara lainnya (pasang...